Israel Beli 2 Pesawat Tanker KC-46 Senilai 500 Juta Dolar dari Dana Bantuan AS
Israel berencana membeli 2 pesawat Tanker KC-46 senilai 500 juta dolar dengan dana bantuan militer tahunan yang diberikan AS ke Israel.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Bobby Wiratama

TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Pertahanan Israel mengumumkan rencana pembelian dua pesawat tanker pengisian bahan bakar udara KC-46A Pegasus buatan Boeing senilai $500 juta.
Pesawat ini akan menjadi unit kelima dan keenam dalam armada Angkatan Udara Israel (IAF), dengan dana pembelian sepenuhnya berasal dari bantuan militer Amerika Serikat.
Kontrak akan ditandatangani setelah komite menteri Israel untuk pengadaan pertahanan memberikan persetujuan.
"Militer sudah mengoperasikan empat pesawat tanker udara KC-46 buatan Boeing," kata kementerian pertahanan Israel dalam sebuah pernyataan, Rabu (20/8/2025), lapor Al Arabiya.
Saat ini, Israel sudah mengoperasikan empat unit KC-46A yang dibeli pada 2022 dengan nilai sekitar 930 juta dolar.
Pesawat baru nanti akan dilengkapi dengan sistem buatan Israel sesuai kebutuhan operasional IAF, meski detailnya belum dipublikasikan.
Menurut Direktur Jenderal Kementerian Pertahanan Amir Baram, penambahan ini akan memperkuat kemampuan strategis militer Israel, memungkinkan operasi udara jarak jauh dengan daya tempuh lebih besar.
Pesawat tanker KC-46 sebelumnya digunakan Israel dalam perang udara 12 hari melawan Iran pada 13–24 Juni 2025.
Kesepakatan ini juga menjadi bagian dari upaya Israel menggantikan armada lama Boeing 707 Re’em yang sudah usang.
Namun, di Amerika Serikat, muncul perdebatan politik.
Sejumlah anggota Partai Republik dan Demokrat mempertanyakan keberlanjutan bantuan militer AS untuk Israel, terutama terkait perang di Gaza dan kekhawatiran apakah dana pajak sebaiknya dialihkan untuk kebutuhan domestik.
Baca juga: Hamas Kecam Serangan Israel, Tuduh Netanyahu Abaikan Upaya Gencatan Senjata
AS sebagai Pendonor Terbesar untuk Militer Israel
Amerika Serikat mulai memberikan bantuan militer tahunan untuk Israel sejak 1976 melalui program Foreign Military Financing (FMF).
Bantuan ini dimulai setelah Perang Yom Kippur 1973 sebagai bagian dari upaya AS untuk memperkuat sekutu di Timur Tengah dan menjaga keseimbangan kekuatan regional.
Sejak itu, bantuan AS menjadi komitmen jangka panjang, mencakup peralatan militer, pelatihan, dan dukungan finansial tahunan.
Menurut laman Departemen Luar Negeri AS, bantuan ini mencakup 3,3 miliar dolar per tahun untuk pembelian peralatan dan pelatihan militer dan 500 juta dolar per tahun untuk kerja sama pertahanan, termasuk pengembangan sistem pertahanan rudal.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.