Aliansi Iran-Rusia di Persimpangan? Benarkah Moskow Enggan Pasok Sistem Antirudal S-400 ke Teheran?
Wakil Ketua Majelis Parlemen Iran Ali Motahari mengkritik Rusia yang menolak memberikan Iran sistem pertahanan udara S-400.
Penulis: Malvyandie Haryadi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Majelis Parlemen Iran Ali Motahari mengkritik Rusia yang menolak memberikan Iran sistem pertahanan udara S-400.
Padahal menurut Ali Motahari, saat Rusia membutuhkan senjata pada di Ukraina, Iran telah memasok drone atau pesawat nirawak.
“Rusia telah memberikan sistem pertahanan udara S-400 kepada Turki dan Arab Saudi, tetapi tidak memberikannya kepada Iran, yang telah memberikan bantuan pesawat nirawak dalam perang dengan Ukraina, karena mungkin akan digunakan melawan Israel,” tulis Ali Motahari dalam sebuah posting di X.
Seperti diketahui dalam perang melawan Iran, Israel dan Amerika Serikat melakukan serangan udara yang masif ke berbagai lokasi di Iran, termasuk fasilitas nuklir.
Pertahanan udara terlihat Iran kesulitan membendung serangan udara Israel dan Amerika Serikat.
Meski harus diakui, keberhasilan serangan udara Israel dan AS itu lebih banyak dipengaruhi keberhasilan operasi intelijen di hari pertama, sejumlah pihak tetap menyoroti respons Rusia dalam "membantu" sekutunya.
Banyak sumber pro-Iran Iran dan asing dengan cepat menyalahkan Rusia karena tidak memasok sistem pertahanan udara jarak jauh yang canggih, khususnya sistem S-400 yang saat ini menjadi tulang punggung persenjataan Rusia.
Ali Motahari termasuk di antara beberapa sumber yang mengkritik kondisi kemitraan strategis antara kedua negara atas dasar ini, yang menyiratkan bahwa tindakan Rusia jauh dari timbal balik setelah Iran memberikan dukungan luar biasa dan transfer teknologi untuk melengkapi negara itu dengan kemampuan perang pesawat nirawak yang substansial untuk perangnya dengan Ukraina.
Kritik terhadap keengganan Rusia untuk memasok sistem pertahanan udara canggih sama sekali bukan tanpa dasar.
Ketika Iran pada tahun 1990-an dan 2000-an secara konsisten menunjukkan minat untuk mendapatkan pendahulu S-400, sistem pertahanan udara jarak jauh S-300PMU-1 atau S-300PMU-2, hal itu secara konsisten ditolak.
Termasuk ketika kontrak sudah ditandatangani tahun 2007, Rusia tiba-tiba menarik diri pada tahun 2009 karena tekanan Barat dan Israel.
Ini adalah faktor utama yang mendorong Iran untuk mulai mengembangkan sistem yang sama berkemampuannya di dalam negeri, meskipun pada akhirnya akan mendapatkan S-300PMU-2 mulai tahun 2017.
Setelah era itu, di mana Iran dan Rusia bersama melakukan bantuan kepada pemerintahan Assad di Suriah, Moskow mengaku bersedia menyediakan sistem pertahanan udara canggih termasuk S-400.
Sumber-sumber pemerintah Rusia sejak tahun 2019 berulang kali memperjelas kesediaan negara itu untuk memasok sistem S-400 ke Iran secara khusus.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.