Khamenei: Iran Akan Balas Jika Trump Lakukan Pengeboman
Trump mengancam akan mengebom Iran jika kesepakatan nuklir tidak tercapai.
Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: timtribunsolo

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan mengebom Iran jika negara tersebut tidak menyetujui kesepakatan nuklir.
Ancaman ini disampaikan dalam wawancara dengan NBC News pada Minggu, 30 Maret 2025.
Menanggapi ancaman tersebut, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, memberikan pernyataan tegas pada Senin, 31 Maret 2025.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Khamenei memperingatkan bahwa Iran akan memberikan balasan keras jika AS melakukan serangan.
"Jika mereka melakukan kejahatan, mereka pasti akan menerima balasan yang keras," tegas Khamenei.
Ia juga menambahkan bahwa seluruh warga Iran akan turun tangan jika terjadi serangan.
Penolakan Negosiasi Langsung
Iran juga menolak untuk mengadakan pembicaraan langsung dengan AS.
Hal ini disampaikan oleh Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, yang mengonfirmasi bahwa tanggapan terhadap surat Trump telah disampaikan melalui kontak di Oman. "Negosiasi langsung telah ditolak, tetapi pembicaraan tidak langsung masih dapat dilanjutkan," jelas Pezeshkian.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, menegaskan bahwa perundingan langsung hanyalah taktik AS untuk mendiskusikan kesepakatan nuklir.
"Dalam situasi di mana ada tekanan maksimum, tidak seorang pun yang waras akan melakukan perundingan langsung," katanya.
Sebelumnya, pada tahun 2015, Iran mencapai kesepakatan dengan kekuatan dunia, termasuk AS, untuk mengekang program nuklirnya.
Baca juga: Meningkatnya Ketegangan: Trump dan Iran di Ujung Pedang
Namun, pada tahun 2018, Trump secara sepihak menarik diri dari perjanjian tersebut dan menjatuhkan sanksi terhadap Iran.
Menurut pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa, Iran telah mempercepat produksi uraniumnya mendekati tingkat senjata.
Dengan situasi yang semakin tegang, baik AS maupun Iran tampaknya tetap pada posisi masing-masing, dengan ancaman dan penolakan negosiasi yang semakin memperburuk hubungan antara kedua negara.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.